Sunday, June 14, 2015

SEJARAH GUNUNG TAMBORA

Gunung Tambora (atau Tomboro) adalah sebuah stratovolcano aktif yang terletak di pulau Sumbawa, Indonesia. Gunung ini terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dompu (sebagian kaki sisi selatan sampai barat laut, dan Kabupaten Bima (bagian lereng sisi selatan hingga barat laut, dan kaki hingga puncak sisi timur hingga utara), Provinsi Nusa Tenggara Barat, tepatnya pada 8°15' LS dan 118° BT. Gunung ini terletak baik di sisi utara dan selatan kerak oseanik. Tambora terbentuk oleh zona subduksi di bawahnya. Hal ini meningkatkan ketinggian Tambora sampai 4.300 m[2] yang membuat gunung ini pernah menjadi salah satu puncak tertinggi di Nusantara dan mengeringkan dapur magma besar di dalam gunung ini. Perlu waktu seabad untuk mengisi kembali dapur magma tersebut.
Aktivitas vulkanik gunung berapi ini mencapai puncaknya pada bulan April tahun 1815 ketika meletus dalam skala tujuh pada Volcanic Explosivity Index.[3] Letusan tersebut menjadi letusan tebesar sejak letusan danau Taupo pada tahun 181.[4] Letusan gunung ini terdengar hingga pulau Sumatra (lebih dari 2.000 km). Abu vulkanik jatuh di Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Maluku. Letusan gunung ini menyebabkan kematian hingga tidak kurang dari 71.000 orang dengan 11.000—12.000 di antaranya terbunuh secara langsung akibat dari letusan tersebut.[4] Bahkan beberapa peneliti memperkirakan sampai 92.000 orang terbunuh, tetapi angka ini diragukan karena berdasarkan atas perkiraan yang terlalu tinggi.[5] Lebih dari itu, letusan gunung ini menyebabkan perubahan iklim dunia. Satu tahun berikutnya (1816) sering disebut sebagai Tahun tanpa musim panas karena perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa karena debu yang dihasilkan dari letusan Tambora ini. Akibat perubahan iklim yang drastis ini banyak panen yang gagal dan kematian ternak di Belahan Utara yang menyebabkan terjadinya kelaparan terburuk pada abad ke-19.[4]
Selama penggalian arkeologi tahun 2004, tim arkeolog menemukan sisa kebudayaan yang terkubur oleh letusan tahun 1815 di kedalaman 3 meter pada endapan piroklastik.[6] Artifak-artifak tersebut ditemukan pada posisi yang sama ketika terjadi letusan pada tahun 1815. Karena ciri-ciri yang serupa inilah, temuan tersebut sering disebut sebagai Pompeii dari timur.

Related Posts:

  • Sejarah Dota 2 Dota 2 adalah sebuah permainan multiplayer online battle arena, merupakan sekuel dari Defense of the Ancients mod pada Warcraft 3 : Reign of Chaos dan Warcraft 3 : The Frozen Thro… Read More
  • Prinsip Sepakbola Ala Arsene WengerManajer Arsenal mengungkapkan prinsip sepakbola dirinya dan berharap para manajer lain tidak perlu menduplikat filosofi kepelatihan pihak lain.  Arsene Wenger menyatakan, menjadi seorang manajer harus selalu berpegang k… Read More
  • Resmi, Arsenal Rekrut Wonderkid Swiss Arsenal resmi mendapatkan Granit Xhaka dari Borussia Monchengladbach, Rabu (25/5/2016). The Gunners merogoh kocek hingga 33 juta pounds untuk mendapatkan wonderkid Swiss tersebut. Xhaka memang sudah lama… Read More
  • Persija Jakarta Pindah Tempat Latihan Selama Bulan Puasa Lapangan Yon Zikon menjadi tempat latihan baru para pemain Persija. Persija Jakarta memutuskan untuk berpindah tempat latihan selama bulan puasa. Kepastian tersebut diungkapkan langsung oleh Presiden Macan Kemayoran&… Read More
  • UMRAH, MESUT OZIL DISINDIR POLITISI JERMAN Seorang politisi Jerman membuat kontroversi dengan menyindir ibadah umrah yang dilakukan pemain timnasnya, Mesut Ozil. Beberapa pekan sebelum bergabung mengikuti kamp pelatihan timnasJerman, Mesut Ozil diketa… Read More

0 comments:

Post a Comment