Sejarah panjang Arsenal Football Club tidak bisa dilepaskan dari Highbury Stadium. Stadion yang telah menjadi saksi bisu perjalanan Arsenal selama hampir satu abad ini memang telah dirobohkan beberapa tahun silam, tapi kerinduan akannya tak akan hilang begitu saja. Sesungguhnya Highbury bukanlah stadion pertama Arsenal. Klub yang saat itu masih bernama Dial Square-Woolwich Arsenal memainkan laga kandangnya di sebuah lapangan yang bernama Manor Ground di Plumstead, London Timur sebelum akhirnya pindah ke Highbury di London Utara (1913). Alasan saat itu adalah Manor Ground tak hanya diperuntukan khusus bagi klub sepakbola dan hal ini tak memenuhi syarat bagi sebuah klub untuk disebut profesional.
Pembangunan Highbury
Highbury pertama kali di desain oleh Archibald Leitch, dalam
rancangannya tribun hanya tersedia untuk sisi timur, sisanya hanya
lapangan terbuka untuk penonton berdiri atau dengan kursi. Tahun 1930
stadion direnovasi, perancang yang dipilih adalah Claude Waterlow
Ferrier dan William Binnie. Tribun barat pun berdiri pada 1932 dengan
anggaran 45.000 poundsterling. Keduanya kembali melanjutkan pekerjaan
pada tahun 1936 dengan merenovasi tribun timur dan menyelesaikan bentuk
utuh seluruh stadion. Biaya yang dibutuhkan saat itu adalah 130.000
poundsterling. Di tribun selatan Highbury diletakkan sebuah jam besar
nan legendaris dan menjadi ciri utama Highbury. Hal ini membuat area
tribun selatan diberi nama Clock End, sementara sisi utara diberi nama
North Bank. Perlu dicatat, Highbury yang bernama resmi Highbury Arsenal
Stadium dibangun atas ide Henry Norris (presiden Arsenal saat itu)
dengan menggunakan uang pribadinya dengan beberapa pinjaman.
Sejarah Perang Dunia II
Hal lain yang membuat Highbury begitu sakral tidak hanya bagi Arsenal
tapi warga London atau warga Inggris adalah perannya selama Perang Dunia
ke II. Seperti yang kita ketahui, London sebagai ibukota sangatlah
vital, tapi Inggris kecolongan dan kota tersebut dibombardir. Salah
satunya merusak area teras utara Highbury. Alih-alih melindungi, tentara
Inggris justru menjadikan Highbury sebagai basis pertahanan dari
serangan udara musuh, hal ini karena letaknya yang strategis.
Menariknya, untuk beberapa waktu Arsenal pun terpaksa melakukan
pertandingan di stadion sang musuh bebuyutan, White Hartline sampai
Highbury selesai direnovasi dan dibuka kembali.
Momen Spesial Highbury
Sejak pindah ke Highbury, Arsenal mulai menorehkan prestasi demi
prestasi hingga puncaknya meraih gelar liga untuk yang ke 13 kali pada
tahun 2004 dan Piala FA setahun sesudahnya. Total 76 gelar sudah diraih
Arsenal di stadion ini, sehingga akan sangat panjang jika ditulis. Di
laga internasional, Highbury pernah menjadi saksi saat Inggris
mengalahkan Italia dengan skor 3-2 di tahun 1934. Yang membuat
kemenangan itu spesial adalah fakta bahwa Italia datang dengan status
sebagai juara dunia. Ada pula hal lain diluar sepak bola dan menjadi
momen indah di stadion ini, di antaranya pertarungan bersejarah dalam
perebutan gelar juara tinju dunia yang mempertemukan dua petinju
legendaris, Muhammad Ali dan Henry Cooper tahun 1966.
Aura Legendaris Highbury
Ukuran lapangan dan stadion yang kecil justru memberi keuntungan
tersendiri bagi Arsenal. Rapatnya jarak antara tribun penonton dengan
lapangan membuat kedekatan dan dukungan supporter bagi para punggawa The Gunners
begitu lekat, disisi lain lawan pun menjadi lebih terintimidasi
khususnya oleh aksi para supporter di sisi Clock End dan North Bank yang
terkenal. "Highbury sejajar dengan Stade de France di Perancis. Bermain
di stadion ini memiliki hubungan yang begitu aneh dan membangkitkan
semangat. Ada gairah besar, komitmen, dan kehangatan antara pemain dan
suporter. Saya akan selalu merasakan hal itu sampai akhir hayat nanti,"
kenang Emmanuel Petit. "Beruntung Arsenal punya Highbury. Setiap tampil
kandang, Arsenal sulit dikalahkan. Ada kekuatan ekstra yang begitu nyata
di sini," ujar Niall Quinn.
Akhir Kisah Highbury Stadium
Tapi setiap kisah selalu ada awal dan akhir. Sepakbola bukan lagi
sekedar olah raga. Sepakbola sudah berkembang menjadi indutsri yang
sarat unsur komersil di dalamnya. Di era modern, Highbury mulai terlihat
seperti "rumah kecil" yang tak lagi muat bagi sebuah "keluarga besar".
Highbury sejatinya mampu menampung hingga 60.000 penonton (berdiri),
tapi atas dasar keamanan setelah tragedy Hilsborough, renovasi pun
dilakukan dengan memasang kursi pada tribun. Hal itu menyebabkan
kapasitas stadion menjadi berkurang drastis, hampir setengahnya (sekitar
38.000 penonton). Saat bagian kantor di sisi utara direnovasi,
kapasitas pun makin menciut jadi 35.000 penonton saja. Dari segi
lapangan, stadion Highbury pun termasuk yang terkecil (101 x 67 meter).
Akibatnya, selama tahun 1999-2000 Arsenal terpaksa meminjam Wembley
untuk melakoni laga kandang di kompetisi Liga Champions, tapi karena
rentetan hasil buruk akhirnya klub memutuskan untuk kembali ke Highbury
meski keuntungan yang diperoleh secara finansial sangatlah kecil.
Rencana untuk memperluas dan merenovasi Highbury pun mengemuka, tapi
menemui banyak ganjalan. Untuk memperluas stadion, klub mau tak mau
harus menggusur warga sekitar yang notabenya adalah pendukung Arsenal,
selain juga sulitnya untuk mendapatkan izin dari pemerintah setempat.
Perencanaan Emirates Stadium
Dengan fakta sulitnya mengembangkan Highbury, semakin besarnya Arsenal
sebagai sebuah klub dan semakin tingginya animo masyarakat untuk datang
mendukung, akhirnya klub memutuskan untuk membangun stadion baru di
kawasan Ashburton Groove. Stadion ini diharapkan mampu memecahkan segala
kekurangan yang ada pada Highbury, khususnya kapasitas penonton.
Pembangunan stadion baru yang dimulai dari tahun 2001 hingga 2006 itu
jelas membutuhkan dana yang tidak sedikit, untuk itu Arsenal pun
menggandeng sposor. Klub akhirnya sukses mendapat sponsorship dan
suntikan dana dari maskapai timur tengah, Emirates Airways. Stadion baru
itu kelak lebih dikenal dengan nama Emirates Stadium alih-alih
Ashburton Grove, karena adanya kontrak antara klub dengan pihak sponsor.
Selamat Tinggal Highbury...
Begitu indahnya Highbury, bahkan disaat terakhir ia masih memberikan
kemenangan yang begitu sempurna: Arsenal menang 6 - 3 atas tim tamu
Wigan. Thierry Henry seolah melengkapinya dengan mempersembahkan hattrick
dan bersujud untuk memberi kecupan hangat pada Highbury. Seusai
pertandingan, para pemain dan staff menyampaikan beberapa pesan dan
kesan mereka untuk selanjutnya melakukan lap of honour. Mungkin
inilah satu-satu kisah menyedihkan bagi fans Arsenal tentang Highbury.
Saat Emirates berdiri megah dengan berjuta harapan, Highbury justru
bersiap menuju tidur panjang dengan membawa berbagai kisah indahnya.
Ya, stadion yang sudah begitu identik dengan Arsenal dan begitu
dicintai oleh semua orang harus diratakan dengan tanah. Beberapa jam
setelah laga, mesin-mesin berat pun mulai memekakkan telinga. Mungkin
tak semua orang tega melihat apa yang terjadi, tapi begitulah
kenyataannya. Hari itu, Highbury Arsenal Stadium telah tiada. Meski
begitu, kenangan dan keperkasaannya akan tetap tertanam dalam benak
siapapun yang mencintai Arsenal Football Club.
Sumber: http://goonersia.blogspot.com/2014/05/sejarah-stadion-highbury-dan-emirates.html
0 comments:
Post a Comment