Disusun Oleh:
ANDIMAS PRASATYA ( 10112796 )
FERDYANTO SAPUTRO ( 12112898 )
RIZKY YUDHA GOTHAMA ( 16112633 )
( 4KA12 )
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah
S.W.T yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini
akhirnya bisa diselesaikan.
Makalah dengan judul “Perkembangan TELEMATIKA & Prediksi Kedepannya”
ini disesuaikan dengan tujuannya untuk menunjang perkuliahan dalam mata
kuliah PENGANTAR TELEMATIKA.
Penulis menyadari bahwa masih banyak ketidaksempurnaan
pada penulisan makalah ini, baik isi maupun redaksinya, oleh karenanya kritik
dan saran yang membangun diharapkan dapat memperbaiki makalah ini untuk
selanjutnya.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung ataupun tidak terhadap terselesaikannya makalah
ini.
Jakarta, 16 Oktober 2015
I
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..…………………………………………………… I
DAFTAR
ISI……………………………………………………………... . II
PENDAHULUAN…………………………………………………..……. . III
LATAR BELAKANG
………………………………………………........... IV
RUMUSAN
MASALAH……………………………………………....…... V
KESIMPULAN ………………………………………………………….... VI
PENUTUP………………………………………………………………..... VII
II
PENDAHULUAN
Pengertian Telematika
Kata TELEMATIKA, berasal dari istilah dalam bahasa Perancis
"TELEMATIQUE" yang merujuk pada bertemunya sistem jaringan komunikasi
dengan teknologi informasi. Pertama kali memperkenalkan kata ini adalah penulis
buku berjudul “L’informatisation de la Societe” yaitu Simon Nora dan Alain Minc
pada tahun 1978. Istilah telematika dari segi hukum adalah perkembangan sistem
elektronik berbasis digital antara teknologi informasi dan media yang awalnya
masing – masing berkembang secara terpisah. Para praktisi menyatakan bahwa
TELEMATICS adalah singkatan dari TELECOMMUNICATION and INFORMATICS"
sebagai wujud dari perpaduan konsep Computing and Communication.
Istilah Telematics juga dikenal sebagai "the new hybrid
technology" yang lahir karena perkembangan teknologi digital. Perkembangan
ini memicu perkembangan teknologi telekomunikasi dan informatika menjadi
semakin terpadu atau populer dengan istilah "konvergensi". Semula
Media masih belum menjadi bagian integral dari isu konvergensi teknologi
informasi dan komunikasi pada saat itu. Menurut Wikipedia, Telematika adalah
singkatan dari Telekomunikasi dan Informatika.
Istilah
telematika sering dipakai untuk beberapa macam bidang,contoh adalah:
• Integrasi antara sistem telekomunikasi dan informatika yang
dikenal sebagai Teknologi Komunikasi dan Informatika atau ICT (Information and
Communications Technology). Secara lebih spesifik, ICT merupakan ilmu yang
berkaitan dengan pengiriman, penerimaan dan penyimpanan informasi dengan
menggunakan peralatantelekomunikasi.
• Secara umum, istilah telematika dipakai juga untuk teknologi
Sistem Navigasi/Penempatan Global atau GPS (Global Positioning System) sebagai
bagian integral dari komputer dan teknologi komunikasi berpindah (mobile
communication technology).
• Secara lebih spesifik, istilah telematika dipakai untuk bidang kendaraan dan lalulintas (road vehicles dan vehicle telematics).
• Secara lebih spesifik, istilah telematika dipakai untuk bidang kendaraan dan lalulintas (road vehicles dan vehicle telematics).
III
LATAR BELAKANG
Perkembangan
Telematika
Belakangan baru disadari bahwa penggunaan sistem komputer dan
sistem komunikasi ternyata juga menghadirkan Media Komunikasi baru. Lebih jauh
lagi istilah TELEMATIKA kemudian merujuk pada perkembangan konvergensi antara
teknologi TELEKOMUNIKASI, MEDIA dan INFORMATIKA yang semula masing-masing
berkembang secara terpisah.
Konvergensi TELEMATIKA kemudian dipahami sebagai sistem elektronik
berbasiskan teknologi digital atau {the Net}. Dalam perkembangannya istilah
Media dalam TELEMATIKA berkembang menjadi wacana MULTIMEDIA. Hal ini sedikit
membingungkan masyarakat, karena istilah Multimedia semula hanya merujuk pada
kemampuan sistem komputer untuk mengolah informasi dalam berbagai medium adalah
suatu ambiguitas jika istilah TELEMATIKA dipahami sebagai akronim
Telekomunikasi, Multimedia dan Informatika. Secara garis besar istilah
Teknologi Informasi (TI), TELEMATIKA, MULTIMEDIA, maupun Information and
Communication Technologies (ICT) mungkin tidak jauh berbeda maknanya, namun
sebagai definisi sangat tergantung kepada lingkup dan sudut pandang
pengkajiannya.
Mengacu kepada penggunaan dikalangan masyarakat telematika
Indonesia (MASTEL), istilah telematika berarti perpaduan atau pembauran
(konvergensi) antara teknologi informasi (teknologi komputer), teknologi
telekomunikasi, termasuk siaran radio maupun televisi dan multimedia. Dalam
perkembangannya, teknologi telematika ini telah menggunakan kecepatan dan
jangkauan transmisi energi elektromagnetik, sehingga sejumlah besar informasi
dapat ditransmisikan dengan jangkauan, menurut keperluan, sampai seluruh dunia,
bahkan ke seluruh angkasa, serta terlaksana dalam sekejap. Kecepatan transmisi
elektromagnetik adalah (hampir) 300.000 km/detik, sehingga langsung dikirim
begitu sampai, memungkinkan orang berdialog langsung, atau komunikasi
interaktif.
IV
RUMUSAN MASALAH
Perkembangan
Telematika Di Indonesia
Peristiwa proklamasi 1945 membawa perubahan
yang bagi masyarakat Indonesia, dan sekaligus menempatkannya pada situasi
krisis jati diri. Krisis ini terjadi karena Indonesia sebagai sebuah negara
belum memiliki perangkat sosial, hukum, dan tradisi yang mapan. Situasi itu
menjadi ‘bahan bakar’ bagi upaya-upaya pembangunan karakter bangsa di tahun
50-an dan 60-an. Di awal 70-an, ketika kepemimpinan soeharto, orientasi
pembangunan bangsa digeser ke arah ekonomi, sementara proses – proses yang
dirintis sejak tahun 50-an belum mencapai tingkat kematangan.
Dalam
latar belakang sosial demikianlah telekomunikasi dan informasi, mulai dari
radio, telegrap, dan telepon, televise, satelit telekomunikasi, hingga ke
internet dan perangkat multimedia tampil dan berkembang di Indonesia.
Perkembangan telematika penulis bagi menjadi 2 masa yaitu masa sebelum atau pra
satelit dan masa satelit.
1.
Masa Pra-Satelit
Radio
dan Telepon
Di periode pra satelit (sebelum tahun 1976),
perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia masih terbatas pada bidang
telepon dan radio. Radio Republik Indonesia (RRI) lahir dengan di dorong oleh
kebutuhan yang mendesak akan adanya alat perjuangan di masa revolusi
kemerdekaan tahun 1945, dengan menggunakan perangkat keras seadanya. Dalam
situasi demikian ini para pendiri RRI melangsungkan pertemuan pada tanggal 11
September 1945 untuk merumuskan jati diri keberadaan RRI sebagai sarana
komunikasi antara pemerintah dengan rakyat, dan antara rakyat dengan rakyat.
Sedangkan telepon pada masa itu tidak terlalu
penting sehingga anggaran pemerintah untuk membangun telekomunikasipun masih
kecil jumlahnya. Saat itu, telepon dikelola oleh PTT (Perusahaan Telepon dan
Telegrap) saja. Sampai pergantian rezim dari Orla ke Orba di tahun 1965, RRI
merupakan operator tunggal siaran radio di Indonesia. Setelah itu bermunculan
radio – radio siaran swasta. Lima tahun kemudian muncul PP NO. 55 tahun 1970
yang mengatur tentang radio siaran non pemerintah.
Periode awal tahun 1960-an merupakan masa suram
bagi pertelekomunikasian Indonesia, para ahli teknologi masih menggeluti
teknologi sederhana dan “kuno”. Misalnya saja, PTT masih menggunakan sentral-sentral
telepon yang manual, teknik radio High Frequency ataupun saluran kawat terbuka
(Open Were Lines). Pada masa itu, banyak negara pemberi dana untuk Indonesia –
termasuk pendana untuk pengembangan telekomunikasi, menghentikan bantuannya.
Hal itu karena semakin memburuknya situasi dan kondisi ekonomi dan politi di
Indonesia.
Tercatat bahwa pada masa 1960-1967, hanya
Jerman saja yang masih bersikap setia dan menaruh perhatian besar pada bidang
telekomunikasi Indonesia, dan menyediakan dana walau di masa-masa sulit
sekalipun. Ketika itu pengembangan telekomunikasi masih difokuskan pada
pengadaan sentra telepon, baik untuk komunikasi lokal maupun jarak jauh, dan
jaringan kabel. Indonesia saat itu belum memiliki satelit. Sentral telepon
beserta perlengkapan hubungan jarak jauh ini diperoleh dari Jerman. Pada saat
itu, Indonesia hanya dapat membeli produk yang sama, dari perusahaan yang sama,
yakni Perusahaan Jerman. Tidak ada pilihan lain bagi Indonesia.
Keleluasaan barulah bisa dirasakan setelah di
tahun 1967/1968 mengalir pinjaman-pinjaman ke Indonesia, baik bilateral ataupun
pinjaman multilateral dari Bank Dunia, melalui pinjaman yang disepakati IGGI.
Akan tetapi, pada masa inipun inovasi dalam pemfungsian teknologi
telekomunikasi masih belum berkembang dengan baik di negeri ini. Peda dasarnya
kita memberi dan memakai perlengkapan seperti switches, cables, carries yang
sudah lazim kita pakai sebelumnya.
Televisi
Badan penyiaran televisi lahir tahun 1962
sebelum adanya satelit yang semula hanya dimaksudkan sebagai perlengkapan bagi
penyelenggara Asian Games IV di Jakarta. Siaran percobaan pertama kali terjadi
pada 17 Agustus 1962 yang menyiarkan upacara peringatan kemerdekaan RI dari
Istana Merdeka melalui microwave. Dan pada tanggal 24 Agustus 1962, TVRI bisa
menyiarkan upacara pembukaan Asian Games, dan tanggal itu dinyatakan sebagai
hari jadi TVRI.
Terdorong oleh inovasi, akhirnya pada tanggal
14 November 1962 untuk pertama kalinya TVRI memberanikan diri melakukan siaran
langsung dari studio yang berukuran 9×11 meter dan tanpa akustik yang memadai.
Acaranya terbatas, hanya berupa permainan piano tunggal oleh B.J. Supriadi
dengan pengaruh acara Alex Leo.
Lebih setahun setelah siaran pertama, barulah
keberadaan TVRI dijelaskan dengan pembentukan Yayasan TVRI melalui Keppres No.
215/1963 tertanggal 20 oktober 1963. Antara lain disebutkan bahwa TVRI menjadi
alat hubungan masyarakat (mass communication media) dalam pembangunan
mental/spiritual dan fisik daripada Bangsa dan Negara Indonesia serta
pembentukan manusia sosialis Indonesia pada khususnya.
Sampai
tahun 1989, TVRI merupakan operator tunggal di bidang penyiaran televise.
Jadi sebelum satelit palapa mengorbit,
Indonesia hanya mengenal telekomunikasi yang bersifat terestrial, yakni yang
jangkauannya masih dibatasi oleh lautan. Telekomunikasi seperti ini tidak bisa
menjangkau pulau-pulau kecuali melalui penggunaan SKKL (Saluran Komunikasi
Kabel Laut) yang mahal dan sulit dipergunakan.
2.
Masa Satelit
Satelit
Domestik Palapa
Gagasan tentang peluncuran satelit bagi
telekomunikasi domestik di Indonesia bisa ditelusuri asal muasalnya dari sebuah
konferensi di Janewa tahun 1971 yang disebut WARCST (World Administrative Radio
Confrence on Space Telecomunication).
Pada konferensi itu di tampilkan pila pameran
dari perusahaan raksasa pesawat terbang Hughes. Perusahaan inilah yang
mengusulkan ide pemanfaatan satelit bagi kepentingan domestik Indonesia. Hal
tersebut disambut oleh Suhardjono yang berlatar belakang militer dan membawa
masalah satelit itu sampai ke Presiden RI.
Selain pertimbangan kelayakan ekonomi dan
teknis, sejarah peluncuran satelit ini juga diwarnai oleh kepentingan politik
dimana hubungan antara Indonesia dengan negara- negara lain sudah mulai
bersahabat. Di sisi lain, satelit memungkinkan penyebaran luas ideologi negara
ke masyarakat luas melalui TV, satelit juga menguntungkan secara ekonomi.
Komunikasi tentang cara-cara menggali sumber
daya alam dapat berlangsung dengan mudah. Ini berlaku untuk kasus tembaga pura
(Freeport) dan di Dili. Peluncuran satelit Palapa di Cape Canaveral, Florida,
bulan Agustus 1976 pada panel peluncuran terdapat 3 orang Indonesia dan
perwakilan dari perusahaan NASA dan Hughes.
Kejadian ini diresmikan juga melalui pidato
kenegaraan oleh presiden Soeharto di Jakarta, tanggal 16 Agustus 1976. ini
merupakan satu- satunya proyek teknologi yang mendapat tempat terhormat di
gedung Parlemen. Namun peluncuran satelit itu merupakan kebijakan nasional yang
gagasan awalnya dicetuskan oleh pemerintah.
Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa
Indonesia pernah mengalami ancaman perpecahan. Untuk mempersatukan tanah air
yang sangat luas ini diperlukan sarana perhubungan yang mencakup seluruh
wilayah nusantara. Proses kelahiran satelit ini hanya melibatkan sedikit
teknokrat dan teknolog yang berpihak pada kepentingan Orba.
Dampak
Setelah Adanya Satelit Palapa
Dengan semakin bergantungnya Indonesia pada
teknologi satelit, muncullah sejumlah perusahaan yang bergerak dalam produksi
perlengkapan terkait, seperti RFC (milik Iskandar Alisjahbana), LEN (milik
Kayatmo), PT. INTI. Setelah periode itu, aspek bisnis di dunia telekomunikasi
mencuat. Inovasi lebih banyak terjadi pada penyediaan layanan, sementara
pengembangan teknologi untuk komponen berkurang.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat di tahun 1988
membuat kebutuhan telekomunikasi melonjak secara drastis. Untuk memenuhi
kebutuhan telepon yang melonjak, disadari pemerintah perlunya perubahan
regulasi, yang kemudian membuahkan UU no. 3 tahun 1989 tentang pengertian
telekomunikasi yang diperluas hingga mencakup alat pengiriman data seperti
facsimile dan telex, dan lain-lainnya.
Sebelum lahirnya UU ini, Telkom dan Indosat
disebut sebagai badan penyelenggara telekomunikasi yang menyediakan seluruh
jejaring dan layanan jasa. Dampak positif dari berlakunya UU tersebut adalah
mulai masuknya pihak-pihak swasta dengan modal yang besar, walaupun dalam skala
usaha yang terbatas.
Mereka datang dengan membawa teknologi baru,
tenaga ahli, manajemen yang baru. Ini semua kemudian menciptakan iklim usaha
yang baru dalam penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia. Dengan terlibatnya
pihak asing dalam pengadaan dana, teknologi dan menejemen, perkembangan
teknologi telekomunikasi berkembang dengan pesat. Hal ini terjadi sekitar tahun
1990-an dan dampaknya terlihat mulai tahun 1991 khususnya terlihat jelas bahwa
jangkauan telekomunikasi di Indonesia menjadi bertambah luas.
Perkembangan teknologipun berkembang pesat,
mulai dari pesawat telepon manual ke otomatis, dan dari analog menjadi digital.
Pada gilirannya perkembangan ini menuntut adanya pengaturan infrastruktur dan
standarisasi peralatan. Tak lama kemudian masuklah teknologi
mobile-telecommunication.
Berkembanglah pemakaian handphone yang
bardampak tumbuhnya usaha-usaha yang tidak hanya menyediakan layanan atau
jejaring saja, melainkan juga membangun pabrik-pabrik dalam upaya pemenuhan
kebutuhan akan kabel. Menarik untuk dicatat bahwa di era serbuan bisnis
telekomunikasi itu, ternyata kaidah dan aturan bisnis professional tidak
sepenuhnya diikuti.
Sementara itu faktor politik tampaknya justru
mengambil peranan penting. Kala itu terjadi campur tangan bisnis dari “Keluarga
Cendana” yang mengambil peranan sebagai mitra bisnis PT Telkom dan Indosat yang
kemudian diikuti oleh krono-kroni mereka seperti Liem Sio Liong melalui “Sinar
Mas”- nya dan lain-lain. Di era emas telekomunikasi itu, tumbuh dorongan kuat
agar Bank Indonesia membuka pintunya lebar-lebar bagi pihak swasta asing.
Bahkan mereka menginginkan adanya privatisasi
Telkom dan Indosat dalam penyelenggaraannya. Dampak dari dorongan ini
mencuatnya pandangan bahwa regulasi yang ada sudah tidak memadai lagi. Di
sekitar tahun 1996, mulailah disusun rencana untuk meninjau kembali UU No. 3
tahun 1989.
Beberapa
hal yang diperhatikan dalam review ini adalah :
1. Perkembangan teknologi tahun 1995-1996 itu
berbeda sekali dengan di tahun 1990. ini terutama terjadi akibat konvergensi
teknologi, sebagai fungsi dari berbagai jenis jasa berubah dan timbul jasa-jasa
baru yang perlu diakomodasikan. Konvergensi teknologi bahkan memungkinkan
teknologi dipadu dengan broadcasting, sehingga timbullah telematika,
teleinformatika, teknologi informasi dan lain-lain yang menuntut kebijakan dan
peraturan yang baru.
2. Perkembangan teknologi informasi dan
broadcasting itu ternyata tidak hanya berpengaruh pada masalah politik, dalam
artian berita, tetapi juga iklan yang sangat berpengaruh dalam dunia bisnis.
Lebih jauh lagi dengan berkembangannya telebanking, telekumunikasi sebelumnya
dilihat hanya sebagai public utility, kini berubah menjad bisnis opportunity.
3. Globalisasi ekonomi menciptakan suasana
kompetisi yang semakin ketat. Ini menuntut penyelenggaraan telekomunikasi
dengan kualitas layanan yang semakin tinggi.
Setelah satelit Palapa mengorbit, jangkauan
telekomunikasi Indonesia bisa meliputi seluruh nusantara, dan bahkan ke luar
wilayah nusantara. Satelit telekomunikas itu kemudian bisa dimanfaatkan bukan
untuk telepon tetapi juga untuk berbagai macam keperluan lain seperti,
pengiriman facsimile, telex, dan pengiriman berbagai informasi dalam bentuk
lain termasuk broadcasting. Setelah perkembangan itu semua terwujud, masyarakat
melihat pentingnya peranan telekomunikasi bagi kehidupan suatu bangsa.
Nusantara
21
Perkembangan satelit dipacu lebih lanjut dengan
diresmikannya “Nusantara 21” (N21) oleh presiden RI pada tanggal 27 Desember
1996. Menggelindingnya N21 menjadi masukan utama untuk pembentukan Tim
koordinasi Telematika Indonesia (TKTI) melalui Kepres No. 30 tahun 1997. Tugas
TKTI menurut Inpres No.6 tahun 2001 tentang pengembangan dan Pendayagunaan
Telematika di Indonesia adalah :
(1) Mengkoordinasikan perencanaan dan
memelopori program aksi dan inisiatif untuk meningkatkan perkembangan dan
pendayagunaan teknologi telematika Indonesia serta memfasilitasi dan memantau
pelaksanaannya,
(2) Memperkuat kemampuan menggalang sumber daya
yang ada di Indonesia guna mendukung keberhasilan pelaksanaan semua arah
pengembangan dan pendayagunaan teknologi telematika, melaksanakan forum untuk
membangun consensus antar pihak-pihak terkait di sector pemerintah dan swasta,
serta akses mengakses pengalaman internasional dalam mengembangkan sistem
infrastruktur infomasi nasional.
Tim ini diketuai oleh Menko Produksi Industri
Strategis (Ginanjar Kartasasmita), wakil ketua Menparpostel, beranggotakan
tujuh menteri departemen (Menkeu, Menhankam, Menpen, Mendagri, Menperindag,
Menaker, dan Mendikbud) serta lima menteri negara (Mensesneg, Menristek,
MenPAN, Menivest, Men-PPN).
Visi N21 adalah menyediakan wahana berbasis
teknologi telekomunikasi dan informatika nasional di dalam proses transformasi
bangsa Indonesia dari masyarakat tradisional (traditional society) menjadi
sebuah masyarakat yang berwawasan IPTEK dan berbasis pengetahuan (knowledge
based society).
Konsep N21 merupakan jawaban atas tantangan
globalisasi komunikasi dan informasi berupa jaringan komunikasi terpadu. N21
menggunakan kerangka pendekatan, antara lain, (a) Memanfaatkan semua teknologi
yang dapat mendukung pembangunan di semua sektor; dan (b) membentuk suatu
jaringan maya informasi atau adi marga informasi (virtual information network
atau anformation superhighway) yang menghubungkan seluruh pelosok tanah air.
Dengan dikembangkannya N21 maka pada tahun 2000
atau memasuki abad 21 seluruh kecamatan di Indonesia akan mempunyai akses ke
semua teknologi komunikasi dan computer (K-2) dalam suatu jaringan terpadu yang
didukung oleh 11 sistem satelit komunikasi. Sekarang ini baru ada tiga sistem
satelit yang beroperasi, yaitu PSN dengan Palapa 1. telkom dengan Palapa B4 dan
B 2R, dan satelindo dengan Palapa C 1 dan C 2. Pengembangan infrastruktur fiik
mengandung tiga kemungkinan penggunaan, yaitu : (1) Adiguna Marga Kepulauan
(Archipelagic Super Highway), (2) Kota Multimedia (Multimedia Cities); dan (3)
Nusantara Multimedia Community Acces Centers ( Pusat Akses Masyarakat
Multimedia Nusantara).
Tim
Koordinasi Telematika Nasional secara paripurna merumuskan cetk biru
pengembangan telematika yang mencakup tiga kelompok utama, yaitu infastruktur,
aplikasi, dan sumber daya.
1.
Infrastruktur
Menurut Jonathan L.Parapak (Presiden komisaris
PT.Indosat) dalam http://www.bogor.net, perkembangan infrastruktur ini
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kebijakan nasional sector
telekomunikasi, regulasi sector, kondisi ekonomi makro, kemampuan para pelaku
nasional. Pada tatanan kebijakan patut dicatat beberapa kemajuan yang sangat
penting, antara lain diundangkannya UU tentang Telekomunikasi no. 36 tahun 1999
dan dikeluarkannya cetak biru kebijaksanaan tentang telekomunikasi di Indonesia
tanggal 20 Juli 1999.
Pada tatanan regulasi telah dicapai beberapa
perkembangan penting antara lain dimungkinkannya pern swasta dan masyarakat
yang semakin tinggi dalam pengembangan regulasi yang telah terwujud dalam
penetapan tariff dan interkoneksi standard, dan lain-lain. Pada tatanan
penyelenggaraan kondisi monopoli dan duopoli yang masih menghambat peran swasta
dan masyarakat lebih besar, keadaan ekonomi yang baru tumbuh sangat
mempengaruhi daya beli masyarakat.
Dalam kondisi ini, kelihatannya sasaran
pembangunan infrastuktur baik adimarga informasi, multimedia city akan
mengalami penundaan. Namun demikian perlu dicatat bahwa PT.Telkom telah
berupaya membangun lingkar-lingkar adimarga kepulauan dan infrastruktur
multimedia di Jakarta. Infrastruktur informasi telah maju selangkah dengan
beroperasinya satelit Telkom 1.
Salah satu aspek yang penting adalah
pemanfaatan secara optimal infrastruktur yang ada. Tampaknya perlu dikembangkan
kebijaksanaan baik pada tingkat pemerintah maupun pada tingkat penyelenggaraan
agar investasi yang telah dilakukan dapat termanfaatkan dengan berdaya guna dan
berhasil guna bagi berbagai komponen masyarakat, baik pendidikan, layanan kesehatan,
pemerintahan maupun kegiatan bisnis.
2.
Aplikasi Telematika
Aplikasi telematika Indonesia terfokus pada
pemberdayaan aparatur negara, pemerkayaan hidup masyarakat (telemedik,
telekarya, pendidikan), penciptaan daya saing bisnis (perbankan,pos,pariwisata,manfaktur),
pembangunan informasi dasar dan aplikasi telematika perlu dilihat dari tatanan
kebijakan, regulasi, dan penyelenggaraan yang di manfaatkan masyarakat.
Dari sudut pandang kebijakan tampaknya belum
terasa perkembangan yang menonjol. Isu kelembagaan masih banyak
diperbincangkan, UU yang terkait dengan atau tentang telematika (cyber law)
masih jauh dari harapan. Beberapa aspek regulasi yang mendesak, misalnya
pengaturan secure transaction, public ke infrastructure registration authority,
electronic payment, certification authority masih belum dilaksanakan.
Namun, perhatian pada perlindungan hak kekayaan
intelektual semakin tinggi dan upaya untuk memantapkan regulasi semakin
mendapat perhatian dari berbagai pihak. Di lapangan dapat dicatat perkembangan
yang menggembirakan dengan semakin meluasnya homepage, berkembangnya aplikasi
seperti E-commerce, E-Banking, E-Brokerage, dan lain-lai.
Sektor pemerintah nampaknya berkembang lamban
karena kendala keuangan dan sumber daya manusia. Beberapa kelompok usaha
seperti PT. Telkom, Indosat, Lippo e nett, nampaknya semakin giat untuk
mengejar ketertinggalan masyarakat kita di bidang aplikasi. Aplikasi seperti
E-government, tele-education, telemedicine masih dalam taraf mula yang perlu di
dorong berbagai pihak.
3.
Sumber Daya Telematika
Dalam bidang sumber daya , diarahkan pada
pengembangan SDM, industri dalam negeri, hukum dan perdagangan, serta kultur
informasi. Secara umum dirasakan bahwa SDM di dalam negeri belum memenuhi
harapan untuk berperan dalam pengembangan teknologi yang berubah begitu cepat.
Namun demikian, cukup banyak pula SDM Indonesia
di bidang telematika yang bekerja di luar negeri termasuk di sentra-sentra
keunggulan. Usaha berbagai pihak khusunya sector swasta, nampaknya cukup
menggembirakan antara lain dikembangkannya cyber campus seperti ITB, UPH, dan
lain-lain. Yang sangat memprihatinkan adalah pengembangan industri dalam
negeri.
Walaupun berbagi konsep telah cukup lama di
bicarakan seperti Hightech Park di Bandung, Serpong dan lain-lain sampai saat
ini belum mencapai kemajuan berarti. Oleh karena itu perlu dikembangkan
kebijaksanaan nasional untuk mendorong berkembangnya industri dalam negeri di
bidang telematika antara lain sistem insentif.
Dalam mempromosikan visi N21, inisiasi perlu datang
dari pemerintah. Namun secara bertahap dan interaktif, visi ini perlu
mengakomodasi kebutuhan yang khas dari berbagai kelompok masyarakat maupun
departemen. Untuk itu keterlibatan berbagai kelompokmasyarakat dalam merumuskan
dan mewujudkan program-program telematika perlu ditumbuhkembangkan secara
berangsur-angsur.
Hal ini pada gilirannya akan membatasi peranan
pemerintah, khususnya dalam hal pengadaan dan pengelolaan kandungan informasi.
Control informasi dari pemerintah justru dipandang sebagai faktor penghambat
bagi upaya penyejahteraan masyarakat melalui jejaring telekomunikasi.
Perkembangan
Telematika Dari Berbagai Aspek
- E-goverment
E-goverment dihadirkan dengan maksud untuk administrasi
pemerintahan secara elektronik. Di Indonesia ini, sudah ada suatu badan yang
mengurusi tentang telematika, yaitu Tim Koordinasi Telematika Indonesia (TKTI).
TKTI mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan dan mempelopori program aksi
dan inisiatif untuk menigkatkan perkembangan dan pendayagunaan teknologi telematika
di Indonesia, serta memfasilitasi dan memantau pelaksanaannya.
Tim tersebut memiliki beberapa terget. Salah satu targetnya adalah
pelaksanaan pemerintahan online atau e-goverment dalam bentuk situs/web
internet. Dengan e-goverment, pemerintah dapat menjalankan fungsinya melalui
sarana internet yang tujuannya adalah memberi pelayanan kepada publik secara
transparan sekaligus lebih mudah, dan dapat diakses (dibaca) oleh komputer dari
mana saja.
E-goverment juga dimaksudkan untuk peningkatan interaksi, tidak
hanya antara pemerintah dan masyarakat, tetapi juga antar sesama unsur
pemerintah dalam lingkup nasional, bahkan intrernasional. Pemerintahan tingkat
provinsi sampai kabupaten kota, telah memiliki situs online. Contohnya adalah
DPR, DKI Jakarta, dan Sudin Jaksel. Isi informasi dalam e-goverment, antara
lain adalah profil wilayah atau instansi, data statistik, surat keputusan, dan
bentuk interaktif lainnya.
- E-commerce
Prinsip e-commerce tetap pada transaksi jual beli. Semua proses
transaksi perdagangan dilakukan secara elektronik. Mulai dari memasang iklan
pada berbagai situs atau web, membuat pesanan atau kontrak, mentransfer uang,
mengirim dokumen, samapi membuat claim.
Luasnya wilayah e-commerce ini, bahkan dapat meliputi perdagangan
internasional, menyangkut regulasi, pengiriman perangkat lunak (soft ware),
erbankan, perpajakan, dan banyak lagi. E-commerce juga memiliki istilah lain,
yakni e-bussines. Contoh dalam kawasan ini adalah toko online, baik itu toko buku,
pabrik, kantor, dan bank (e-banking). Untuk yang disebut terakhir, sudah banyak
bank yang melakukan transaksi melalui mobile phone, ATM (Automatic Teller
Machine - Anjungan Tunai Mandiri) , bahkan membeli pulsa.
3.E-learning
Globalisasi telah menghasilkan pergeseran dalam dunia pendidikan,
dari pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih
terbuka. Di Indonesia sudah berkembang pendidikan terbuka dengan modus belajar
jarah jauh (distance lesrning) dengan media internet berbasis web atau situs.
Kenyataan tersebut dapat dimungkinkan dengan adanya teknologi telematika, yang dapat menghubungkan guru dengan muridnya, dan mahasiswa dengan dosennya. Melihat hasil perolehan belajar berupa nilai secara online, mengecek jadwal kuliah, dan mengirim naskah tugas, dapat dilakukan.
Kenyataan tersebut dapat dimungkinkan dengan adanya teknologi telematika, yang dapat menghubungkan guru dengan muridnya, dan mahasiswa dengan dosennya. Melihat hasil perolehan belajar berupa nilai secara online, mengecek jadwal kuliah, dan mengirim naskah tugas, dapat dilakukan.
Peranan web kampus atau sekolagh termasuk cukup sentral dalam
kegiatan pembelajaran ini. Selain itu, web bernuansa pendidikan non-institusi,
perpustakaan online, dan interaksi dalam group, juga sangatlah mendukung.
Selain murid atau mahasiswa, portal e-learning dapat diakses oleh siapapun yang
memerlukan tanpa pandang faktor jenis usia, maupun pengalaman pendidikan
sebelumnya.
Hampir seluruh kampus di Indonesia, dan beberapa Sekolah Menegah Atas (SMA), telah memiliki web. Di DKI Jakarta, proses perencanaan pembelajaran dan penilaian sudah melalui sarana internet yang dikenal sebagai Sistem Administrasi Sekolah (SAS) DKI, dan ratusan web yang menyediakan modul-modul belajar, bahan kuliah, dan hasil penelitian tersebar di dunia internet.
Hampir seluruh kampus di Indonesia, dan beberapa Sekolah Menegah Atas (SMA), telah memiliki web. Di DKI Jakarta, proses perencanaan pembelajaran dan penilaian sudah melalui sarana internet yang dikenal sebagai Sistem Administrasi Sekolah (SAS) DKI, dan ratusan web yang menyediakan modul-modul belajar, bahan kuliah, dan hasil penelitian tersebar di dunia internet.
Bentuk telematika lainnya masih banyak lagi, antara lain ada
e-medicine, e-laboratory, e-technology, e-research, dan ribuan situs yang
memberikan informasi sesuai bidangnya. Di luar berbasis web, telematika dapat
berwujud hasil dari kerja satelit, contohnya ialah GPS (Global Position
System), atau sejenisnya seperti GLONAS dan GALILEO, Google Earth, 3G, dan kini
4G, kompas digital, sitem navigasi digital untuk angkutan laut dan udara, serta
teleconference.
- E-Banking
Seiring dengan
berjalannya waktu, perkembangan Telematika yang sangat pesat menjadikannya
bagian dari insfrastruktur pembangunan. Sebagai bukti, Telematika dapat
mempercepat transaksi dan perhitungan bisnis menjadi lebih akurat melalui
e-commerce. Hampir semua transaksi bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja,
contohnya adalah penggunaan internet banking yang semakin gencar belakangan
ini.
Internet banking atau e-banking adalah salah satu aplikasi di dunia bisnis yang berbasis internet. E-banking didukung oleh perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi dan tentunya internet. Di Indonesia sendiri, hampir semua bank sudah mempunyai aplikasi internet banking, sebagai contoh Bank BCA dengan aplikasi Klik BCA.
Adapun persyaratan bisnis untuk Internet Banking adalah :
Internet banking atau e-banking adalah salah satu aplikasi di dunia bisnis yang berbasis internet. E-banking didukung oleh perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi dan tentunya internet. Di Indonesia sendiri, hampir semua bank sudah mempunyai aplikasi internet banking, sebagai contoh Bank BCA dengan aplikasi Klik BCA.
Adapun persyaratan bisnis untuk Internet Banking adalah :
1. Aplikasi yang mudah digunakan : implementasi agar memudahkan pengguna adalah melalui pendekatan menggunakan web browser.
2. Layanan dapat dijangkau dimana saja : dengan menggunakan internet sebagai penghubung, memungkinkan untuk aplikasi ini dapat diakses dari mana saja di dunia.
3. Murah : dengan adanya internet, biaya pengaksesan Internet Banking menjadi lebih murah.
4. Aman : untuk keamanan, dilakukan dengan menerapkan teknik kriptografi (penggunaan enkripsi dengan SSL/ Secure Socket Layer) atau VPN( Virtual Private Network) untuk menghubungkan kantor pusat dengan kantor cabang.
5. Dapat diandalkan
PREDIKSI TELEMATIKA KEDEPANNYA
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pada masyarakat yang sudah menjadi kebutuhan juga tidak akan kalah dengan perkembangan Telematika saat ini. “Indonesia tidak boleh lagi menjadi negara dengan koneksi buruk”. Masalahnya, akan terjadi tren lonjakan data alias Big Data yang membutuhkan bandwidth besar. Hal itu dikemukakan Teguh Prasetya, Founder Indonesia Cloud Forum, dalam diskusi "Big Data Trend" yang digelar di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (22/11/2012). Teguh memaparkan Big Data Market Forecast 2012-2017 dari Wikibon. Menurut prediksi itu, pada tahun 2012 pasar Big Data dunia mencapai 5,1 miliar dollar AS. Angka ini terus meningkat dari tahun ke tahun hingga mencapai 10 kali lipat dalam lima tahun ke depan. Pada 2017 diperkirakan pasarnya akan mencapai 53,4 miliar dollar AS. Harry K Nugraha, Director Strategic Business Development Intel Indonesia, di acara yang sama mengatakan bahwa Big Data adalah peluang sekaligus potensi.
Perangkat komputasi berupa hardwer yang
beragam dan berskala terabyte, penggunaan multicore processor, penggunaan
memori dengan multi slot serta peningkatan kapasitas harddisk multi terabyte
akan banyak bermunculan dengan harga yang masuk akal. Komputasi berskala
terabyte ini juga didukung dengan akses wireless dan wireline dengan akses
bandwidth yang mencapai terabyte juga. Teknologi antarmukapun sudah semakin
bersahabat, seperti software Microsoft, desktop Ubuntu, GoogleApps, YahooApps
Live semua berlomba menampilkan antarmuka yang terbaik dan lebih bersahabat
dengan kecepatan akses yang semakin tinggi. Hal ini ditunjang oleh search
engine yang semakin cepat mengumpulkan informasi yang dibutuhkan oleh
penggunanya. Pada akhirnya, era robotic cepat atu lambat akan segera muncul. Karena
segenap mesin dengan kemampuan adaptif dan kemampuan belajar yang mandiri sudah
banyak dibuat dalam skala industri kecil dan menengah, termasuk di tanah air.
Jadi, dengan adanya teknologi manusia akan terus berkembang sehingga akan ada
harapan-harapan tentang masa depan yang lebih baik.
Perangkat komputasi berupa hardwer yang beragam dan berskala terabyte, penggunaan multicore processor, penggunaan memori dengan multi slot serta peningkatan kapasitas harddisk multi terabyte akan banyak bermunculan dengan harga yang masuk akal. Komputasi berskala terabyte ini juga didukung dengan akses wireless dan wireline dengan akses bandwidth yang mencapai terabyte juga. Teknologi antarmukapun sudah semakin bersahabat, seperti software Microsoft, desktop Ubuntu, GoogleApps, YahooApps Live semua berlomba menampilkan antarmuka yang terbaik dan lebih bersahabat dengan kecepatan akses yang semakin tinggi. Hal ini ditunjang oleh search engine yang semakin cepat mengumpulkan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya. Pada akhirnya, era robotic cepat atu lambat akan segera muncul. Karena segenap mesin dengan kemampuan adaptif dan kemampuan belajar yang mandiri sudah banyak dibuat dalam skala industri kecil dan menengah, termasuk di tanah air. Jadi, dengan adanya teknologi manusia akan terus berkembang sehingga akan ada harapan-harapan tentang masa depan yang lebih baik.Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pada masyarakat yang sudah menjadi kebutuhan juga tidak akan kalah dengan perkembangan Telematika saat ini. “Indonesia tidak boleh lagi menjadi negara dengan koneksi buruk”. Masalahnya, akan terjadi tren lonjakan data alias Big Data yang membutuhkan bandwidth besar. Hal itu dikemukakan Teguh Prasetya, Founder Indonesia Cloud Forum, dalam diskusi "Big Data Trend" yang digelar di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (22/11/2012). Teguh memaparkan Big Data Market Forecast 2012-2017 dari Wikibon. Menurut prediksi itu, pada tahun 2012 pasar Big Data dunia mencapai 5,1 miliar dollar AS. Angka ini terus meningkat dari tahun ke tahun hingga mencapai 10 kali lipat dalam lima tahun ke depan. Pada 2017 diperkirakan pasarnya akan mencapai 53,4 miliar dollar AS. Harry K Nugraha, Director Strategic Business Development Intel Indonesia, di acara yang sama mengatakan bahwa Big Data adalah peluang sekaligus potensi.
Pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pada masyarakat yang sudah menjadi
kebutuhan juga tidak akan kalah dengan perkembangan Telematika saat ini. “Indonesia
tidak boleh lagi menjadi negara dengan
koneksi buruk”. Masalahnya, akan terjadi tren lonjakan data alias
Big Data yang membutuhkan bandwidth besar. Hal itu dikemukakan Teguh
Prasetya, Founder Indonesia Cloud Forum, dalam diskusi "Big Data
Trend" yang digelar di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (22/11/2012). Teguh memaparkan Big Data Market Forecast
2012-2017 dari Wikibon. Menurut prediksi itu, pada tahun 2012 pasar Big Data
dunia mencapai 5,1 miliar dollar AS. Angka
ini terus meningkat dari tahun ke tahun hingga mencapai 10 kali lipat dalam
lima tahun ke depan. Pada 2017 diperkirakan pasarnya akan mencapai 53,4 miliar
dollar AS. Harry K Nugraha, Director Strategic Business Development Intel
Indonesia, di acara yang sama mengatakan bahwa Big Data adalah peluang
sekaligus potensi.
Perangkat komputasi berupa hardwer yang
beragam dan berskala terabyte, penggunaan multicore processor, penggunaan
memori dengan multi slot serta peningkatan kapasitas harddisk multi terabyte
akan banyak bermunculan dengan harga yang masuk akal. Komputasi berskala
terabyte ini juga didukung dengan akses wireless dan wireline dengan akses
bandwidth yang mencapai terabyte juga. Teknologi antarmukapun sudah semakin
bersahabat, seperti software Microsoft, desktop Ubuntu, GoogleApps, YahooApps
Live semua berlomba menampilkan antarmuka yang terbaik dan lebih bersahabat
dengan kecepatan akses yang semakin tinggi. Hal ini ditunjang oleh search
engine yang semakin cepat mengumpulkan informasi yang dibutuhkan oleh
penggunanya. Pada akhirnya, era robotic cepat atu lambat akan segera muncul. Karena
segenap mesin dengan kemampuan adaptif dan kemampuan belajar yang mandiri sudah
banyak dibuat dalam skala industri kecil dan menengah, termasuk di tanah air.
Jadi, dengan adanya teknologi manusia akan terus berkembang sehingga akan ada
harapan-harapan tentang masa depan yang lebih baik.
V
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca.